17 Aug, 17

Pertanyaan “Apakah Pilih Software / Aplikasi yang Sudah Jadi atau Bikin Sendiri?” adalah pertanyaan ‘classic’ yang dihadapi perusahaan perusahaan menengah hingga besar. Loh kok perusahaan kecil tidak disebutkan? Sebenarnya perusahaan kecil juga termasuk jika dan hanya jika perusahaan tersebut mempunyai IT resource sendiri (internal programer) atau orang yang handle IT project management, tapi sepertinya agak absurd jika perusahaan dalam tahap growth sudah mempunyai tim IT development sendiri (kecuali bisnisnya bergerak di bidang IT), bukan apa-apa sih, sayang fixed cost nya aja untuk develop sesuatu yang bukan core business, mendingan buat pengembangan bisnis/outlet.

Keputusan apapun yang dipilih pasti akan berdampak timbulnya biaya, terlepas besar atau kecilnya biaya itu. Banyak diantara kita berpikir jika kita bikin sendiri software/aplikasi (entah berbasis desktop, web atau mobile) tidak akan ada cost atau sedikit. Membayar gaji programmer sebagai karyawan adalah cost, atau meng-hire freelance programmer juga merupakan cost itu belum termasuk overtime, allowance, THR, bonus, dll belum lagi kalau jadwal development molor, maka cost akan bertambah.

Apa pertimbangan perusahaan untuk membuat software sendiri?

  • Yang pasti harus punya tim IT internal sendiri dan kemampuan project management atau vendor management jika programmernya ambil dari luar (subkon).
  • Software 100% bisa di sesuaikan dengan proses dan “kebiasaan” sekarang jika mau (Tapi hati-hati bisa menjadi never ending project).
  • Lebih murah bikin sendiri (Bisa iya dan tidak menurut saya).
  • Lebih mudah untuk support alias tidak tergantung vendor. (Tidak tergantung vendor tapi ‘tergantung’ kepada programmer).

Apa pertimbangan perusahaan untuk memilih software yang sudah jadi?

  • Tidak punya tim IT internal sendiri dan kemampuan IT project management
  • Males ribet
  • Lebih murah beli jadi (Bisa jadi iya / tidak)
  • Waktu implementasi lebih singkat (Ya, tapi bisa jadi tidak jika implementasi molor entah karena scope berubah, atau resistansi dari internal perusahaan, dll)

Apa challenge jika memilih software yang sudah jadi?

  • Scope management, mengkompromikan function/feature yang ada di software package dengan kondisi existing operational perusahaan. Perusahaan harus open minded dan siap berubah, biasanya sering ada penolakan dari user yang sudah dalam zona nyaman dengan software sekarang alias status quo
  • Management support, mencari dukungan top management sangat penting didalam mendukung perubahan yang akan terjadi diperusahannya. Top management dan user harus paham dan sepakat soal dampak perubahan
  • Change management, kemungkinan besar banyak yang akan berubah. Mulai dari SOP, cara kerja, bahkan hingga struktur organisasi perlu di sesuaikan jika diperlukan.
  • People management diperlukan untuk menjelaskan dan mencari dukungan bahwa sistem/software baru ini akan bermanfaat untuk user ke depannya
  • Project management sangat penting untuk memastikan project on timeon budget dan on quality.

Ada suatu fenomena menarik di perusahaan-perusahan besar di Indonesia, semakin besar dan complex bisnis mereka semakin banyak mengkombinasikan software package seperti ERP dengan aplikasi-aplikasi (software) buatan mereka sendiri.

Pada akhirnya apapun keputusan yang di ambil, apakah itu membuat software sendiri entah dengan internal programmer / external programmer atau lebih menyukai beli software yang sudah jadi atau mengkombinasikan kedua opsi, didasari kepada kesiapan dari internal perusahaan itu sendiri plus level of risk acceptance terhadap dampak (cost/budget, time, and quality) yang akan ditimbulkan dari pilihan yang akan dipilih. (hsy)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This field is required.

This field is required.